Beberapa Konsep Nilai SDA dan Lingkungan

Tendensi menggunakan nilai dengan harga pasar tampaknya sudah sangat meluas tidak hanya di kalangan masyarakat tetapi juga di kalangan para ahli ekonomi. Hal ini tidak mengherankan karena memang menggunakan harga pasar adalah instrumen yang termudah dan menarik untuk menghitung nilai. Jika seseorang ingin menilai sesuatu, apakah itu untuk kepentingan legal, administrasi atau lainnya, tentu saja akan menjadi sederhana, jika nilai adalah sesuatu yang objektif dan robust, sesuatu yang tidak hipotetikal atau spekulatif, sesuatu yang tidak memerlukan banyak asumsi dan sesuatu yang tidak memerlukan teknik prosedur pengukuran yang kompleks, yang dapat menjadi sumber dari ketidakpastian dan ketidaksepahaman. Bagi seorang pengamat biasa, harga tampaknya dapat melengkapi pembayaran secara tepat, walaupun hal ini dapat seringkali hanya menjadi suatu ilusi. Jika seseorang melihat harga yang tercantum di real markets, biasanya adalah merupakan harga yang sudah dikalikan dari harga sebenarnya. Tidak hanya harga yang berbeda pada setiap super market, tetapi juga adanya harga yang berbeda dari setiap supplier untuk setiap komoditi yang sama. Sebagai contoh kita bisa membeli barang seharga Rp. 100.000,-; Rp 120.000,- atau Rp 130.000,-; tergantung dari berapa keuntungan yang akan diambil oleh pedagang, atau tergantung pada berapa persen discount yang kita peroleh dari pedagangnya. Dari kasus tersebut tampak bahwa issue yang relevan adalah apakah harga akan merupakan hal yang berada di bawah beberapa kondisi lebih dari hal-hal yang telah diobservasi sebelumnya. Ada elemen yang tidak bisa dikurangi dari counterfactuality atau hiphothetically dari ekstrapolasi semacam hal di atas. Harga pasar hanya bekerja secara tepat pada indikator kesejahteraan untuk perubahan marginal dalam market goods yang dapat dibagi-bagi dan dikonsumsi dalam jumlah sedikit, untuk lainnya tidak bisa tepat. Misalnya untuk perubahan non-marginal atau untuk komoditi yang tidak dapat dibagi-bagi dan tidak dikonsumsi dalam jumlah sedikit, contohnya lahan atau air.

Nilai Sumber Daya Alam dan Lingkungan (SDAL) dapat diinterpretasikan dalam berbagai cara, diantaranya adalah sbb:

Instrumental Vs Intrinsic Values

Nilai instrumental dimaksudkan sebagai nilai SDAL yang berkaitan dengan pemanfaatan produksi dan konsumsi (Fromm, 2000). Sedangkan Intrinsic Values adalah nilai selain nilai pemanfaatan tadi (instrumental) yaitu nilai yang melekat pada SDAL tersebut, seperti misalnya nilainya sebagai stabilisator dalam rantai makanan, dll.

Direct vs Indirect values

Penyebutan direct value (nilai langsung) dari SDAL biasanya digunakan untuk merefer pada pemanfaatan manusia berkaitan dengan konsumsi dan produksi. Sedangkan Indirect value ( nilai tidak langsung) biasanya berhubungan dengan minimum level dari infrastruktur ekosistem, yang tanpa hal itu tidak akan tersedia barang dan jasa (Farnworth et al., 1981). Barbier (1994) mendeskripsikan indirect value dari SDAL sebagai support dan proteksi yang disediakan untuk aktivitas ekonomi dari services yang dihasilkannya. Istilah lainnya dari indirect value ini adalah diantaranya contributory value“, primary value dan infrastructure value yang pengertiannya pada dasarnya sama saja. (Norton, 1986; Gren et al., 1994; Constanza et al., 1998). Seluruh peneliti ini menyatakan bahwa opini untuk memonetisasi manfaat SDAL adalah memungkinkan, tetapi hal itu seringkali berujung pada penilaian yang underestimate dari nilai yang sebenarnya, karena primary value dari SDAL sulit untuk diterjemahkan dalam bentuk moneter, walaupun nilai dari jasa lingkungan dapat digunakan untuk menjustifikasi pengukuran nilai proteksi dari SDAL. Gowdy (1997) menambahkan bahwa “Walaupun nilai dari jasa lingkungan dapat digunakan untuk menjustifikasi pengukuran nilai proteksi SDAL, harus ditekankan bahwa nilai ini hanyalah merupakan porsi yang sedikit saja dari nilai total SDAL.

Monetary Vs Biological Indicators

Penilaian secara moneter dari SDAL biasanya merupakan dasar dalam perspektif ekonomi, berdasarkan pada indikator biologi dari dampak SDAL terhadap kesejaheraan manusia. Valuasi ekonomi SDAL dilakukan untuk mendapatkan indikator moneter yang akan menjadi suatu bahan perbandingan dan ranking alternatif kebijakan pengelolaannya. Sebaliknya Analisis biologi nilai SDAL memberikan hasil pada indikator non-monetary. Hal ini menyangkut sebagai contoh : keragaan/kekayaan spesies dan ekosistem yang ada (Whittaker, 1960, 1972). Bagaimanapun tidak dapat dipastikan bahwa indikator biologi dan moneter memberikan pemahaman yang sama. Sebaiknya memang keduanya dapat dijadikan metode yang saling komplemen untuk menganalisis perubahan atau kerusakan SDAL. Bagaimanapun indikator ekonomi seharusnya jika mungkin secara tidak langsung berdasarkan pada indikator biologi yang akurat.

Biodiversity vs Biological Resources

Nilai biodiversity mengacu pada berbagai kehidupan pada berbagai level; sementara biological resources mengacu pada manifestasi dari keragaman tersebut. Menurut Pearce (1999) “Hampir semua literatur mengenai valuasi ekonomi dari biodiversity biasanya adalah mengenai nilai biological resources dan hubungannya pada nilai diversity. Perbedaan antara kedua nilai ini memang tidak begitu jelas, bahkan kadang overlapping.

Local vs Global diversity

Desain dari konteks valuasi melibatkan keputusan penting mengenai kerangka spasial dari analisis (Norton and Ulanowicz, 1992). Hal ini karena bagaimanapun rusak atau berkurangnya SDAL biasanya dibahas dalam kerangka konteks global atau dunia. Hasil studi valuasi SDAL biasanya ditujukan bagi perubahan kebijakan baik tingkat local, regional, national atau bahkan internasional.

Value of Level vs Perubahan Biodiversity

Para akhli ekonomi berpendapat bahwa valuasi seharusnya lebih difokuskan pada perubahan daripada hanya level biodiversity. Non-ekonomist seringkali mencoba mengukur level biodiversity , misalnya analisis value dari jasa ekosistem dan natural capital untuk seluruh level biosphere (Constanza et al., 1998).

Genetic vs other life organization level

Para ahli menghadapi keputusan penting ketika melakukan valuasi SDAL yaitu yang menyangkut level dari keragaman yang menjadi perhatian. Beberapa ahli biasanya dari ilmu alam, cenderung untuk fokus pada level genetic dan spesies, sedangkan yang lainnya cenderung pada level spesies dan ekosistem. Beberapa permasalahan yang menjadi issue adalah apakah studi SDAL pada berbagai level akan menyebabkan adanya double counting, dan apakah informasi yang sufficient bisa didapat pada setiap level SDAL untuk meningkatkan kualitas studi valuasi.

Expert vs General Public Assessment

Pendekatan public valuation umum, biasanya sangat tergantung pada premise individual yang berasal dari berbagai level pendidikan, dan pengalaman yang diharapkan untuk berpartisipasi dalam valuasi SDAL. Pendapat lainnya mengasumsikan bahwa masyarakat yang ada tidak dapat menentukan relevansi dan kompleksitas dari fungsi sistem hubungan biodiversity-ekosistem. Dengan demikian penetapan dan valuasi SDAL hanya boleh dikerjakan oleh ahlinya.

Holistic vs. Reductionist Approaches

Menurut perspektif holistik, SDAL merupakan hal yang abstrak, berhubungan dengan suatu kesatuan, stabilitas dan ketahanan dari suatu sistem yang kompleks, dan oleh karena itu akan sulit untuk diukur (Faber et al., 1996). Lebih jauh lagi pengetahuan dan pemahaman yang terbatas dari manusia dan signifikasi ekonomi dari hampir setiap bentuk kehidupan yang beragam, akan menjadikan kompleksitas penerjemahan inditator fisik dan biologi menjadi indikator moneter. Sebaliknya, pendekatan perspektif reductionist dilakukan berdasarkan ide bahwa SDAL dapat dipisahkan dari nilai total biodiversity menjadi kategori nilai ekonomi yang berbeda, yaitu melalui direct use dan passive use atau nonuse values (Pearce and Moran, 1994).